Perancis meluncurkan kapal selam berkekuatan nuklir, yang berfungsi sebagai peluncur rudal, Jumat (21/3) di Cherbourg, Perancis. Kapal selam itu diberi nama Le Terrible, yang akan meluncurkan rudal M-51, yang sudah dipakai Angkatan Laut Perancis

Sabtu, 22 November 2008 | 05:07 WIB

WASHINGTON, KAMIS - Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat mengingatkan, penggunaan persenjataan nuklir akan meluas dan meningkat tahun 2025. Dalam laporan itu juga disebutkan, pada masa mendatang kondisi keamanan dunia akan semakin labil dan penuh ketegangan akibat konflik dan perang.

”Penggunaan senjata nuklir itu meningkat seiring dengan makin mudah dan terbukanya akses pada teknologi,” demikian laporan yang diungkapkan kepada pemerintahan baru Presiden AS terpilih Barack Obama, Kamis (20/11).

Laporan bertema ”Tren Global Tahun 2025-Transformasi Dunia” dengan tebal 121 halaman itu disusun Dewan Intelijen Nasional, yakni dewan analis dari komunitas intelijen di seluruh AS.

”Dalam waktu yang tak terlalu lama, dunia akan menjadi subyek konflik yang meningkat gara-gara perebutan berbagai hal, termasuk pangan dan air bersih. Dunia juga akan makin terancam dengan tindakan sejumlah negara serta kelompok-kelompok teroris yang mempunyai akses mudah ke senjata nuklir. Ketegangan dunia juga akan diperparah dengan makin lebarnya rasio kesenjangan tingkat kelahiran dengan tingkat kesejahteraan serta ketidakmerataan dampak perubahan iklim,” sebut laporan itu.

Meski hampir semua bagian di dalam laporan itu memberikan gambaran masa depan yang ”kelabu”, masih ada beberapa bagian yang memaparkan berita positif, yakni akan adanya teknologi baru yang menggantikan minyak pada tahun 2025. Terkait dengan krisis finansial global, pada masa depan makin banyak pusat finansial yang berfungsi ”mengurangi pukulan” sistem finansial dunia.

Blok kekuatan baru, yakni China, India, dan Brasil, juga muncul. Semenanjung Korea juga diyakini akan bersatu dalam suatu bentuk tertentu. Bukan hanya itu. Situasi dunia juga akan berubah dengan kebangkitan kekuatan baru dari negara-negara Muslim non-Arab. Sementara kondisi negara-negara di wilayah Asia Selatan dan Afrika akan memburuk. Kejahatan yang terorganisasi dikhawatirkan dapat menguasai minimal satu negara di Eropa Tengah.

”Meski kami percaya kebangkitan India dan China itu positif, hubungan keduanya akan melalui ’jalan yang tidak mulus’ dan menemui berbagai masalah ekonomi dan sosial,” sebut laporan itu.

Tak lagi unipolar

Direktur Dewan Intelijen Nasional AS Thomas Fingar mengaku, laporan yang disusun selama sekitar satu tahun itu belum memasukkan kondisi krisis finansial dunia. ”Perubahan yang kami kira akan terjadi tahun 2025 tampaknya bisa lebih cepat dari yang kami perkirakan,” ujarnya.

Salah satu kesimpulan laporan itu menyebutkan dunia unipolar tak akan ada lagi. Setidaknya tak akan ada pada 2025. Namun, dengan ”kebangkitan belahan dunia yang lain”, akan makin sulit upaya manajemen krisis dan menghindari konflik. Apalagi dengan adanya sistem internasional pasca-Perang Dunia II yang sudah ketinggalan zaman. ”Potensi konflik akan berbeda dan yang pasti akan makin sulit,” ujarnya.

Laporan intelijen itu juga menekankan risiko persaingan senjata nuklir di Timur Tengah. Sejumlah negara di kawasan Timteng dikhawatirkan ikut berlomba mengembangkan program nuklir dalam 15-20 tahun ke depan. Akibatnya, dikhawatirkan muncul suasana persaingan perebutan pengaruh di Timteng. (AFP/LUK)

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

 
[+] Font | Font [-]